Rabu, 18 September 2013

Apa Saja Ya Ungkapan Ulama' Tentang Asma' Wa Sifat?



AQIDAH ASMA' DAN SIFAT

1.     Imam Ahmad berkata:

لا يوصف الله الا بما وصف به, وصفه به رسوله, لا يتجاوز القرأن والحديث

"Allah tidak disifati kecuali dengan sifat yang telah Dia sebutkan sendiri atau disifati oleh Rasul-Nya, dan tidak memiliki Al-Qur'an dan As-Sunnah." (Syarh Aqidah Wasitiyah , Syeikh Utsaimin, hal: 48)

2.      Imam Syafi'i berkata:

آمنت بالله, وبما جاء عن الله على مراد الله , وآمنت برسول الله وبما جاء عن رسول الله على مراد رسول الله

"Aku beriman kepada Allah dan apa yang datang dari-Nya, sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya, Aku juga beriman kepada Rasulullah dan apa yang dibawa oleh Rasulullah, sesuai dengan apa yang di kehendaki beliau." (Lum'atul I'tiqad, Al-Maqdisi, hal. 7)


3.      Imam Malik ditanya tentang firman Allah surat Thaha: 5, Arrahmanu Alal Arsyistawa? : 
"Bagaimanakah Allah beristiwa'? Imam Malik menjawab:

الاستواء غير مجهول, والكيف غير معقول, والإيمان به واجب, والسؤال عنه بدعة, وما أراك الا ضالا".

"Istiwa' itu telah diketahui. Bagaimana istiwa'nya tidak diketahui. Beriman kepadanya Wajib. Sedangkan, bertanya tentangnya adalah bid'ah. Dan, saya melihat anda adalah tersesat." (Syarhul Aqidatil Wasithiyah, Syeikh Utsaimin, hal. 64)

4.      Nu'aim bin Hamad Al-Khaza'i (guru imam Bukhari) berkata:

من شبه الله بخلقه فقد كفر, ومن أنكر ما وصف به نفسه فقد كفر, وليس ما وصف به نفسه ولا رسوله تشبيها.

"Barangsiapa menyerupakan Allah dengan makhluk-makhluknya, sungguh ia telah kafir, dan barang siapa yang mengingkari sifat Allah maka dia telah kafir, dan bukanlah meyakini sifat yang Allah dan Rasul-Nya telah tetapkan sebagai penyerupaan (tasybih)." (Al-Irsyad ila Shahihil i'tiqad, hal. 147).

5.      Imam Syafi'i berkata:

من انتهض لطلب مدبره فانتهى إلى موجود ينتهي إلى فكره فهو مشبه, وإن اطمأن الى العدم الصرف فهو معطل, وإن اطمأن إلى موجود فاعترف بالعجز عن إدراكه فهو موحد."

            "Orang yang berusaha mengetahui Rabbnya sehingga ia menyimpulkan keberadaan-Nya yang berujung pada pikirannya, maka ia termasuk musyabbihah. Jika berkeyakinan pada ketiadaan-Nya serta mengakui ketidakmampuannya untuk mengetahui-Nya maka dia ahli Tauhid." (Al-Burhanul Mu'ayyad, hal. 16)       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar