[1] Guru Yang Sejati
Yusuf bin al-Husain
menceritakan: Aku bertanya kepada Dzun Nun tatkala perpisahanku dengannya,
“Kepada siapakah aku duduk/berteman dan belajar?”. Beliau menjawab, “Hendaknya
kamu duduk bersama orang yang dengan melihatnya akan mengingatkan dirimu
kepada Allah.
Kamu memiliki rasa segan kepadanya di dalam hatimu. Orang
yang pembicaraannya bisa menambah ilmumu. Orang yang tingkah lakunya membuatmu semakin
zuhud kepada dunia. Bahkan, kamu pun tidak mau bermaksiat kepada Allah
selama kamu sedang berada di sisinya.
Dia memberikan nasehat kepadamu dengan
perbuatannya, dan tidak menasehatimu dengan ucapannya semata.” (lihat al-Muntakhab
min Kitab az-Zuhd wa ar-Raqaa’iq, hal. 71-72)
--------------------------------------------------
[2] Dua Macam Ilmu
al-Hasan al-Bashri
rahimahullah berkata, “Ilmu itu ada dua macam. Ilmu yang tertancap di
dalam hati dan ilmu yang sekedar berhenti di lisan. Ilmu yang tertancap di
hati itulah ilmu yang bermanfaat, sedangkan ilmu yang hanya berhenti di
lisan itu merupakan hujjah/bukti bagi Allah untuk menghukum
hamba-hamba-Nya.” (lihat al-Iman, takhrij al-Albani, hal. 22)
-------------------------------------------
[3] Ciri Ilmu Yang Bermanfaat
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Batasan
suatu ilmu disebut sebagai ilmu yang bermanfaat -sebagaimana telah saya
ungkapkan di dalam nazham/sya’ir- adalah ia dapat menyingkirkan dua perkara
dari dalam hati, yaitu syubhat dan syahwat.
Sebab syubhat akan
menanamkan keragu-raguan. Sementara syahwat akan menyebabkan kotor dan kerasnya
hati dan membuat badan malas untuk menjalankan ketaatan. Sehingga ciri ilmu
yang bermanfaat adalah yang bisa menghilangkan dua buah penyakit besar ini.”
(lihat al-Qawa’id al-Fiqhiyah, hal. 12)
-------------------------------------------
[4] Keberuntungan Paling Besar
Ibnul Qayyim
rahimahullah berkata, “Keberuntungan paling besar di dunia ini adalah
kamu menyibukkan dirimu di sepanjang waktu dengan perkara-perkara yang lebih
utama dan lebih bermanfaat untukmu kelak di hari akherat.
Bagaimana mungkin
dianggap berakal, seseorang yang menjual surga demi mendapatkan sesuatu
yang mengandung kesenangan sesaat? Orang yang benar-benar mengerti
hakekat hidup ini akan keluar dari alam dunia dalam keadaan belum bisa
menuntaskan dua urusan;
menangisi dirinya sendiri -akibat menuruti hawa nafsu
tanpa kendali- dan menunaikan kewajiban untuk memuji Rabbnya. Apabila kamu
merasa takut kepada makhluk maka kamu akan merasa gelisah karena keberadaannya
dan menghindar darinya. Adapun Rabb (Allah) ta’ala,
apabila kamu takut
kepada-Nya niscaya kamu akan merasa tentram karena dekat dengan-Nya dan
berusaha untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya.” (lihat al-Fawa’id,
hal. 34)
--------------------------------------------
[5] Siapakah Ulama Yang Sebenarnya?
Suatu ketika, ada seseorang yang berkata kepada asy-Sya’bi,
“Wahai sang alim/ahli ilmu.” Maka beliau menjawab, “Kami ini bukan ulama.
Sebenarnya orang yang alim itu adalah orang yang senantiasa merasa takut
kepada Allah.” (lihat adh-Dhau’ al-Munir ‘ala at-Tafsir [5/98])
Tidak ada komentar:
Posting Komentar