Senin, 23 September 2013

Sudah Biasa Menyibukkan Diri Dengan Kebaikan?



MENYIBUKKAN DIRI DENGAN KEBAIKAN  

1.      Umar bin Khattab radhiyallahu Anhu berkata: 

إني أكره الرجل أن أراه يمشي سبهللا أي لا في أمر الدنيا, لا في الأخرة

"Sesungguhnya saya benci kepada orang yang berjalan sia-sia yaitu tidak karena urusan dunia dan tidak pula urusan akhirat." (Adabusy-Syari'ah, IV: 303)

2.      Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu berkata:

إني لأبغض الرجل فارغا لا في عمل الدنيا ولا في عمل الأخرة

Sungguh saya benar-benar membenci orang yang menganggur, tidak beramal untuk dunia dan tidak pula untuk akhirat." (Bayan Fadhli ilmis Salaf, hal. 38)

MENJAGA DIRI DARI KELALAIAN

1.      Ibnul Atsir rahimahullah berkata:

فإن هجرة أهل الأهواء والبدع دائمة على مر الأوقات ما لم تظهر منهم التوبة والرجوع إلى الحق

"Sesungguhnya meninggalkan penurut hawa nafsu dan ahli bid'ah terus berlangsung seiring perjalanan  masa selama mereka tidak menampakkan taubat dan kembali kepada yang haq". (An-Nihayah fi Gharibil Hadits Wal Atsar, V: 557)

2.      Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata:

لا أعلم شيأ في الإسلام أفضل عندي من أن قلبي لم يخالطه شيء من هذه الأهواء المختلفة

"Saya tidak mengetahui satu perkara didalam islam ini yang menurutku lebih utama daripada selamatnya hatiku dari hawa nafsu yang suka menyeleweng ini." (An-Nihayah fi Gharibil Hadits Wal Atsar, V: 557)

3.      Syeikhul islam ibnu Taimiyyah berkata:

لا عيب على من أظهر مذهب السلف وانتسب إليه واعتزى إليه بل يجب قبول ذلك منه بالإتفاق فإن مذهب السلف لا يكون ألا حقا
"Bukan suatu aib bagi seseorang untuk  menampakkan madzhab salaf, menisbatkan diri dan bersandar kepadanya bahkan wajib menerimanya dengan menurut kesepakatan para ulama' karena sesungguhnya madzhab salafus shalih itu tiada lain hanyalah kebenaran." (Al-Fatawa, IV: 149)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar