Senin, 23 September 2013

Taukah Nilai Waktu Dan Ikhlas.. Penting...


NILAI WAKTU

1.      Ibnul Qayyim rahimahullah bekata:

تاالله ما كانت الأيام إلا مناما فليستيقظوا وقد حصلوا على الظفر

"Demi Allah, hari demi hari berjalan hanya untuk tidur, maka bangunlah !!, agar kalian semua mendapatkan kesuksesan" (Al-Fawa'id, hal. 48)

2.      Yahya bin Hubairah rahimahullah berkata:

الوقت أنفس ما عنيت بحفظه, وأراه لأسهل ما عليك يضع

"Waktu akan semakin berharga bila engkau jaga dengan sebaik-baiknya, aku melihat waktu itu suatu yang sering di sia-siakan" (Aina Nahnu min Akhlaqis Salaf, hal. 131)

3.      Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
يابن أدم إنك أنت أيام إذا مضى يومك مضى بعضك

"Wahai anak keturunan Adam, sesungguhnya kamu terdiri dari hari-hari, jika telah berlalu satu harimu maka berlalu pula sebagian darimu." (Mukhtashar Minhajil Qashidin, hal. 52)

HAKIKAT IKHLAS

1.      Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata:

ترك العمل لأجل الناس رياء, والعمل من أجل الناس شرك, والإخلاص أن يعافيك الله منهما

"Meninggalkan suatu amal karena orang lain adalah riya'. Beramal karena orang lain adalah syirik. Adalah ikhlas adalah ketika Allah menyelamatkanmu dari keduanya." (Al-i'lam bi Taudhihil Nawaqidhil islam, hal. 17)

2.      Wahb bin Munabbih rahimahullah berkata:

إذا أردت أن تعمل بطاعة الله فاجتهد في نصحك وعملك لله, فإن العمل لا يقبل ممن ليس بناصح, والنصح الله لا يكمل إلا بطاعة كمثل الثمرة الطيبة ريحها وطعمها كذلك مثل طاعة الله والنصح ريحها والعمل طعمها ثم زين طاعتك  بالحلم والعقل والفقه والعمل, ثم أكبر نفسك عن أخلاق السفهاء وعبيد الدنيا, وعبدها على أخلاق الأنبياء والعلماء العالمين
   
"Jika kamu beramal dalam rangka ketaatan kepada Allah, maka bersungguh-sungguhlah dalam nasihatmu dan amalmu untuk Allah semata. Karena Amal tidak  di terima bagi siapa yang tidak punya nasihat. Dan nasihat untuk Allah semata tidak sempurna kecuali dengan ketaatan kepada Allah, seperti buah yang aroma dan rasanya baik. Begitu juga ketaatan kepada Allah, nasihat sebagai pengharumnya, dan amalan sebgai rasanya. Kemudian hiasilah ketaatanmu dengan kedewasaan dan akal, pengetahuan dan amalan.  Kemudian  muliakanlah  jiwamu  dari perilaku orang-orng yang bodoh dan budak dunia. Tundukkanlah  jiwamu  kepada Akhlak para Nabi dan Para ulama'. (Bidayah Wan  Nihayah , IX: 225)

3.      Al-Hasan rahimahullah berkata:

رحمة الله عبدا وقف عند همه فإن كان لله مضى وإن كان لغيره تأخر

"Semoga Allah merahmati hamba yang senantiasa mengoreksi keinginannya. Jika itu karena Allah maka ia lakukan dan jika tidak karena-Nya maka ia tinggalkan." (Ighatsatul Lahfan ibnul Qayyim, hal. 75)

4.      Ya'qub rahimahullah berkata:

المخلص النيات على العمل أشد عليهم من جميع الأعمال

"Orang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikan-kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan keburukan-keburukannya." (Ihya' Ulumuddin, IV: 378)
5.      Ayyub rahimahullah berkata:

تلخيص النيات على العمال أشد عليهم من جميع الأعمال

"Mengikhlaskan niat bagi orang-orang yang beramal itu jauh lebih sulit dari pada melakukan seluruh aktifitas." (Tazkiyatun Nafs, hal. 16)

6.      Sahl rahimahullah berkata:

الإخلاص أن يكون سكون العبد وحركاته لله

"Ikhlas adalah diam dan geraknya seorang hamba hanya di tujukan untuk Allah semata." (Al-Jami' fi Thalabil ilmisy Syarif, III: 36)

7.      Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

الأعمال أربعة واحد مقبول, وثلاثة مردودة , فالمقبول ما كان لله خالصا وللسنة مافقا, والمردود ما فقد منه الوصفان أو أحدهما , وذلك أن الأعمال المقبول هو ما أحب الله ورضيه , وهو سبحانه إنما يحب ما أمر به وما عمل لوجهه, وما عدا ذلك من الأعمال فإنه لا يحبها, بل يمقتها ويمقت أهلها

"Amalan itu ada empat macam, yang satu diterima dan yang tiga tertolak. Adapun yang diterima adalah amalan yang ikhlas karena Allah dan sesuai dengan sunnah. Dan amalan yang tertolak adalah yang kedua atau salah satunya tidak ada pada amalan itu. Karena amalan yang diterima itu adalah yang di sukai dan di ridhai Allah, sedangkan Allah hanya menyukai amalan yang Dia perintahkan saja dan diamalkan untuk mencari ridha-Nya. Apa yang selainnya tidak akan menyebabkan Allah suka. Bahkan Dia akan membencinya dan membenci pelakunya." (Al-Jami' fi Thalabil ilmisy Syarif, III: 37)

8.      Abu Hamid Al-Ghazali rahimahullah berkata terkait dengan adab mencari ilmu:

أن يقلل علائقه من الإشتغال من الدنيا , ويبعد عن الأهل والوطن , فإن العلائق شاغله وصارفه

"Hendaknya (orang yang sedang menuntut ilmu) meminimalisir keterkaitan terhadap urusan dunia dan menjauhkan diri dari keluarga dan kampung halamannya, karena keterkaitan itu dapat menyibukkan dan memalingkannya." (Al-Jami' fi Thalabil ilmisy Syarif, III: 51)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar