Minggu, 06 Oktober 2013

Muhasabah Diri Karena Pemimpin Adalah Cermin Rakyatnya

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu pernah ditanya oleh seseorang: 
"Mengapa saat Abu Bakar dan Umar menjabat sebagai khalifah kondisinya tertib, namun saat Utsman dan engkau yang menjadi khalifah kondisinya kacau? 
Jawab Ali: "Karena saat Abu Bakar dan Umar menjadi khalifah, mereka didukung oleh orang-orang seperti aku dan Utsman, namun saat Utsman dan aku yang menjadi khalifah, pendukungnya adalah kamu dan orang-orang sepertimu"(Syadzaraat Adz Dzhahab 1/51.)
----------------------------------------------------------------------
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,

وتأمل حكمته تعالى في ان جعل ملوك العباد وأمراءهم وولاتهم من جنس اعمالهم بل كأن أعمالهم ظهرت في صور ولاتهم وملوكهم فإن ساتقاموا استقامت ملوكهم وإن عدلوا عدلت عليهم وإن جاروا جارت ملوكهم وولاتهم وإن ظهر فيهم المكر والخديعة فولاتهم كذلك وإن منعوا حقوق الله لديهم وبخلوا بها منعت ملوكهم وولاتهم ما لهم عندهم من الحق ونحلوا بها عليهم وإن اخذوا ممن يستضعفونه مالا يستحقونه في معاملتهم اخذت منهم الملوك مالا يستحقونه وضربت عليهم المكوس والوظائف وكلما يستخرجونه من الضعيف يستخرجه الملوك منهم بالقوة فعمالهم ظهرت في صور اعمالهم وليس في الحكمة الالهية ان يولى على الاشرار الفجار الا من يكون من جنسهم

Ibnul Qayyim berkata, "Perhatikanlah hikmah-Nya tatkala Dia menjadikan para raja, penguasa dan pemegang tampuk pemerintahan sesuai dengan amalan yang dilakukan oleh para rakyat di dalam negeri tersebut. Bahkan, amalan dari para rakyat akan tercermin dari tingkah laku para penguasanya.

1. Apabila rakyat di dalam negeri tersebut komitmen dalam menjalankan syari’at, maka tentu penguasanya pun demikian.
2. Apabila mereka berlaku adil, maka para penguasa akan berlaku adil kepada mereka.
3. Apabila mereka suka berbuat kemaksiatan, maka para penguasa juga akan senantiasa berbuat maksiat.
4. Apabila rakyat senantiasa berbuat makar dan tipu daya, maka tentulah penguasa demikian pula keadaannya.
5. Apabila para rakyat tidak menunaikan hak-hak Allah serta mengabaikannya, maka penguasa mereka pun juga akan berbuat hal yang sama, mereka akan melanggar dan tidak menunaikan hak-hak para rakyatnya.
6. Apabila rakyat sering melanggar hak kaum yang lemah dalam berbagai interaksi mereka, maka para penguasa akan melanggar hak para rakyatnya secara paksa, menetapkan berbagai pajak dan pungutan liar kepada mereka. Dan setiap mereka (yakni rakyat) mengambil hak kaum yang lemah, maka hak mereka pun akan diambil secara paksa oleh para penguasa. Sehingga para penguasa merupakan cerminan amal dari para rakyatnya."

Dengan demikian setiap amal perbuatan rakyat akan tercermin pada amalan penguasa mereka. Berdasarkah hikmah Allah, seorang pemimpin yang jahat dan keji hanyalah diangkat sebagaimana keadaan rakyatnya. Ketika masa-masa awal Islam merupakan masa terbaik, maka demikian pula pemimpin pada saat itu. 
Ketika rakyat mulai rusak, maka pemimpin mereka juga akan ikut rusak. Dengan demikian berdasarkan hikmah Allah, apabila pada zaman kita ini dipimpin oleh pemimpin seperti Mu’awiyah, Umar bin Abdul Azis, apalagi dipimpin oleh Abu Bakar dan Umar, maka tentu pemimpin kita itu sesuai dengan keadaan kita. 
Begitu pula pemimpin orang-orang sebelum kita tersebut akan sesuai dengan kondisi rakyat pada saat itu. Masing-masing dari kedua hal tersebut merupakan konsekuensi dan tuntunan hikmah Allah Ta’ala.(Miftah Daaris Sa’adah, 2/177-178)
----------------------
Para penguasa yang dzhalim merupakan hukuman yang ditimpakan Allah bagi kaum yang dzhalim pula, dikarenakan dosa-dosa yang mereka lakukan. Allah ta’ala berfirman,

وكذلك نولي بعض الظالمين بعضا بما كانوا يَكسبون

"Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi penguasa bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan." (QS. Al An’aam: 129).

Abul Walid Ath Thurthusyi rahimahullah berkata, "Jika engkau berkata bahwa para pemimpin di zaman ini tidak sama dengan para pemimpin di zaman dahulu, maka rakyat di zaman ini pun tidak sama dengan rakyat di zaman dahulu. Jika engkau mencela pemimpinmu bila dibandingkan dengan pemimpin dahulu maka pemimpinmu pun berhak mencelamu bila dibandingkan dengan rakyat dahulu. Maka apabila pemimpinmu menzalimimu hendaklah engkau bersabar dan dia yang akan menanggung dosanya…

Oleh karena itu, untuk mengubah keadaan kaum muslimin menjadi lebih baik, maka hendaklah setiap orang mengoreksi dan mengubah dirinya sendiri, bukan mengubah penguasa yang ada. Hendaklah setiap orang mengubah dirinya yaitu dengan mengubah aqidah, ibadah, akhlaq dan muamalahnya. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala,

إن اللّه لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم

"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri" (QS. Ar Ra’du : 11)

Alloh SWT berfirman, "Demikianlah kami menjadikan sebagian orang yang zalim itu pemimpin atas sesamanya sesuai dengan apa yang mereka kerjakan." (QS. Al-An’am:129)

Ayat di atas merupakan sebuah indikasi, menurut Imam Al-Razy bahwa selama rakyat terus-menerus berbuat zhalim, Alloh akan menghukum mereka dengan terpilihnya pemimpin zhalim setipe mereka. Artinya bila mereka ingin terlepas dari pemimpin model begitu, mereka terlebih dahulu harus berhenti melakukan kezhaliman.(Tafsir Mafatihul ghaib QS. Al-An’am:129, Maktabah Syamilah)

Jika rakyat berusaha mengoreksi kesalahnya lalu merubahnya, niscaya Allah akan mengganti pemimpin mereka dengan yang lebih baik. Bila mereka mengidam-idamkan pemimpin yang adil dan amanah seperti sahabat Abu Bakar radhiyallahu'anhu dan Umar radhiyallahu'anhu, mereka pun harus menjadi rakyat yang setipe dengan rakyat pada masa itu. 
kepemimpinan yang ideal akan sulit muncul bila rakyat pada kenyataannya amat jauh dari masyarakat yang ideal. "Sesungguhnya Alloh tidak akan mengubah keadaan suatu kaum melainkan bila mereka mengubah keadaan mereka sendiri. Dan apabila Alloh menghendaki keburukan suatu kaum, maka tak ada yang bisa menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS ar-Ra’d:11) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar